Yuk Kita Mudik
1 tahun yg lalu saat saya masih berada di Karawang, arus mudik begitu terasa menjelang akhir-akhir Ramadhan. Lokasi kerja serta tempat kos yg berada di jalur utama menuju Cikampek membuat saya bisa memantau arus mudik. Hampir di sepanjang jalan banyak warung dadakan lengkap dengan saung yg digunakan untuk para pengendara motor melepas lelah. Untuk menghindari kemacetan, semua U-Turn ditutup dengan batu besar, tumpukan kayu, atau dipasangi tali.
Umumnya menjelang akhir-akhir Ramadhan banyak warung-warung yg tutup ditinggal mudik oleh si mpunya, tapi tidak dengan Karawang, di kota ini justru semakin ramai. Menjelang malam ribuan sepeda motor selalu lewat. Jumlahnya yg fantastis akan membuat siapa saja susah untuk menyebrang. Jangankan malam, pagi hari sekitar jam 8 saat saya akan menyebrang menuju kantor/pabrik susahnya minta ampun. Disini biasanya satpam kantor dibantu oleh ormas setempat selalu standby. Peluit dan bendera semapur digunakan untuk meminta pengendara motor mengurangi kecepatannya, tetapi tetap saja para pengendara motor memacu kendaraannya dengan kencang (wajar, klo saya yg mengendarai motor dan lewat sana pasti tidak akan mengurangi kecepatan, kagok
Berhubung sekarang sudah pindah kota, suasana arus mudik tidak terasa lagi. Kini saya lebih menikmati suasana lengang ibu kota ditinggal mudik..